Minggu, 10 April 2011

meMpeRtahankaN keluaRga SakiNaH

 meMpeRtahankaN keluaRga SakiNaH
 
Setiap insan yang akan dan tengah menjalani rumah tangga tentunya selalu menginginkan kebaikan di dalamnya. Jika memang demikian, tentu harus ada nilai ibadah di dalamnya, diawali dari niat membina rumah tangga adalah untuk beribadah kepada Allah sehingga di dalamnya akan dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang tidak mungkin ada upaya untuk saling menjelekkan, menjatuhkan, menghinakan, merendahkan, dan membuka aib satu sama lain. Antara suami istri senantiasa meniti keimanan mengawali hari dengan kebersihan hati mengikuti program tausiyah Titian Iman di O’Channel masih bersama dengan Aa’Hadi yang pada episode kali ini membahas mengenai Mempertahankan Keluarga Sakinah.
Rumah tangga yang dibangun dengan penuh cinta dan kasih sayang senantiasa dihiasi dengan ilmu, sabar, tulus, dan ikhlas maka atas ijin Allah tentu akan sampai kepada keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Jika kita menginginkan rumah tangga yang mampu mengundang rahmat Allah maka tanamkan kebaikan dalam rumah tangga dengan bermodalkan CINTA KEPADA ALLAH. Suami yang cinta kepada Allah maka ia tidak akan mungkin berani memaki, berlaku pelit, dan tidak memberikan contoh yang baik kepada istri. Demikian pula istri yang cinta kepada Allah, maka ia akan senantiasa mengikuti semua perintah Allah dan menjauhi larangan Allah, senantiasa menjalankan apa yang telah dianjurkan oleh rasulullah, menjaga diri dan kehormatan suami, dan senantiasa meminta ijin suami ketika akan keluar rumah sehingga dari rumah tangga yang didasari cinta kepada Allah akan lahir keluarga yang sakinah mawadah warahmah yang kesemuanya itu perlu adanya perjuangan dan kesungguhan dalam perjuangan.
Rumah tangga yang didasari cinta kepada Allah maka akan benar-benar mampu mengamalkan Ar-Rum, QS. 30:21
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَ‌ٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ ﴿٢١﴾
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir
(Ar-Rum, QS. 30:21)
Untuk menuju rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah diperlukan proses, dari waktu ke waktu seiring dengan datangnya ujian dari Allah, disadari sepaya upaya menuju kesempurnaan rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah. Yakini, ujian akan selalu ada, oleh karenanya perlu adanya kesungguhan dalam melaksanakan perintah Allah. Dirikan shalat yang benar sehingga mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Karena salah satu syarat terbetuknya keluarga yang sakinah mawadah warahmah adalah ketika setiap anggota keluarga baik istri, suami, dan anak-anaknya senantiasa mendirikan shalat, membawa nilai shalat dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai setiap rumah tangga mengundang murkanya Allah karena tidak mau menjalankan ibadah yang menjadi haknya Allah. Karena seorang yang tidak melakukan shalat maka ia disebut sudah tidak islam lagi. Dari shalat yang benar akan terasa manfaatnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Tentu seorang istri akan merasakan kesejukan dan kebahagiaan ketika memiliki suami yang benar shalatnya sehingga sang suami terjaga lisannya, jauh dari dusta dan kata-katanya syarat akan hikmah yang banyak mendatangkan manfaat. Maka setiap anggota keluarga hendaknya senantiasa memperbaiki kualitas shalatnya agar dimudahkan Allah menuju keluarga yang sakinah mawadah warahmah.


Sesungguhnya untuk bisa mengenal (taaruf) kepda seseorang agar kita bisa mengetahui aslinya seseorang seperti apa diperlukan pengetahuan dan pertolongan dari Allah. Oleh karena itu, yang perlu dihindari dalam proses taaruf adalah jangan terlalu jaga image (jaim). Tampillah apa adanya jangan ada yang dibuat-buat, agar terlihat sempurna. Hal ini perlu dihindari agar setelah menikah baru terlihat kelemahan dan keburukan masing-masing. Semakin dekatkan diri kepada Allah agar Allah memberikan  pengetahuan dan petunjuk mengenai calon pasangan kita (suami/istri) kita yang tepat. Rajinkan diri untuk senantiasa berdzikir, membaca Alquran, dan qiyamul lail. Jangan lupa untuk meminta doa restu kepada orang tua dan keluarga terdekat agar dari doa dan ikhtiar yang telah optimal kita lakukan, Allah memberikan ketetapan hati kepada kita yang kesemuanya merupakan petunjuk murni dari Allah kepada seorang yang berhati bersih. Akan ditunjukkan oleh Allah apakah ada hal-hal yang perlu disegerakan atau ditunda untuk diperbaiki sebelum akhirnya dimantapkan menikah menuju keluarga yang sakinah mawadah warahmah.
Rumah tangga bagaikan perahu kecil yang harus didayung hingga menuju pulau yang diinginkan yaitu keridhoan Allah.agar perahu kecil itu bisa berjalan menuju pulau tujuan tentunya penghuni pulau itu yang berisi suami dan istri haruslah kompak dalam mendayung disertai dengan ikhlas dan sabar. Jika ada salah satu yang berhenti mendayung maka lama kelamaan akan timpang. Diperlukan adanya kesungguhan dalam mengarungi lautan kehidupan. Seorang istri yang berupaya menimba ilmu dari majelis taklim mencatat ilmu yang diperoleh dan dengan etikan dan penuh kelembutan berusaha menyampaikan apa yang telah didapatnya dari majelis taklim kepda suami untuk kemudian diamalkan bersama. Keduanya hendaknya senantiasa sabar dan ikhlas serta bergantung hanya kepada Allah.
Dalam menjalankan rumah tangga diperlukan adanya perjuangan dan pengorbanan yang benar dan tiada pernah ada kata berhenti, bosan, apalagi berputus asa atas rahmat Allah. Jadikan kesabaran sebagai hiasan dalam rumah tangga kita. Tanamkan nilai kebaikan dalam diri anak, jaga kedekatan kita kepada Allah dengan senantiasa memberikan contoh yang baik kepada anak melalui akhlak keseharian kita yang baik sehingga anak pun tergerak untuk mengikutinya. Namun jika anak belum juga menuruti apa yang kita katakana maka kita pun harus bersabar, karena sesungguhnya hidayah Allah lah yang menentukan sholeh tidaknya anak kita. Sedangkan tanggung jawab kita adalah menghantarkan anak kita menuju sholeh dan sholehah. Maka jangan cepat marah, emosi, sampai mengucapkan sumpah serapah kepada anak yang belum mendengar nasehat kita sebagai orang tua. Jaga senatiasa lisan kita hanya untuk mengucapkan kata-kata yang baik saja. Karena kata-kata orang tua bisa menjadi doa untuk anaknya. Oleh karenanya, tanamkan pondasi iman yang kuat kepada anak-anak kita.
Sesungguhnya saling melindungi, berkasih sayang, dan nasehat-menasehati sesama anggota keluarga adalah sebagian ciri dari keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Jika pernikahan kita tidak direstui oleh orang tua kita kemudian hal itu berakibat kepada keluarga kita yang jauh dari sakinah mawadah warahmah maka yang harus kita lakukan adalah segeralah bersilaturahim ke orang tua kita. Cium tangan orang tua kita minat restu mereka, mohon mereka mendoakan agar rumah tangga yang tengah kita jalani dituntun dan dilindungi Allah menuju rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah, mohon didoakan agar suami yang selama ini belum sholeh, diberikan hidayah oleh Allah sehingga dituntun menjadi suami yag sholeh. Yakini, saat ibu kita, saat orang tua kita meng-amin-kan doa dan permohonan kita maka arsy bergetar karena sesungguhnya tidak ada hijab antara doa ibu/orang tua yang sholeh dan sholehah dengan Allah. Di saat diri kita merendahkan diri di hadapan Allah, maka amin-nya kita dan orang tua kita dalam setiap panjatan doa, maka Allah akan segera menurunkan malaikat-Nya untuk mengabulkan doa kita.
Saat kita bersilaturahim kepada orang tua kita, maka tanyakan ganjalan apa yang selama ini membuat orang tua belum ridho dan merestui pernikahan kita. Yakini, ketika orang tua sudah membukakan hatinya untuk merdhoi pernikahan kita, kemudian orang tua kita turut bersujud memohon kepada Allah agar pernikahan kita diselamatkan oleh Allah, memohon agar harapan kita dikabulkan oleh Allah maka yakini, Allah pun akan ridho ketika orang tua kita sudah ridho atas pernikahan kita. Mengenai kekurangan suami kita yang mungkin kurang sholeh, niscaya Allah akan menurunkan pertolongan-Nya yang berupa hidayah yang memberikan kekuatan kepada suami sehingga mampu hijrah menjadi suami yang sholeh. Sehingga suami menjadi lebih jujur dan tidak lagi berani berkata bohong lagi. Sesungguhnya ini adalah berkah dari berbakti dan silaturahim kepada orang tua kita dan tetap bergantung kepada Allah sehingga Allah membahagiakan kita, keluarga kita termasuk di dalamnya suami dan anak/anak kita.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِن تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿١٤﴾
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu , maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu mema'afkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(At-Taghabun, QS. 64:14)
Rajin-rajinlah untuk menjalin komunikasi dengan keluarga agar terjalin silaturahim yang semakin dekat tanpa ada keterpaksaan. Saling memahami, mengerti, dan mengenal antar suami istri untuk meminimalisir ego masing-masing. Ketika anak mulai melakukan sesuatu yang di luar batas, maka kitalah sebagai orang tua yang harus berperan sebagai pengendalinya. Begitu juga antara suami dan istri harus bisa menjadi pengendali dalam arti positif antara satu sama lain terutama jika ada salah satu yang mulai menyalahi koridor yang benar. Tentu saja marahnya suami kepada istri yang melakukan kesalahan harus disertai dengan etika dan kasih sayang. Segalanya mulailah dari hati tanpa ada kepura-puraan, karena dari situ akan lahir keikhlasan dan kenikmatan. Belajarlah untuk memahami bahwa hakikatnya segalanya berasal dari Allah dan akan dikembalikan kepada Allah. Dengarkan kata hati dan mintakan petunjuk kepada Allah, niscaya Allah pun akan menyelamatkan rumah tangga kita.
Dalam keluarga, antara suami, istri, dan anak-anak hendaknya senantiasa menegakkan ibadah baik yang wajib amupun yang sunnah. Upayakan jangan pernah absen dari qiyamul lail agar Allah ridho sehingga berkenan mengampuni dosa-dosa kita, mengijabah doa-doa kita, menjauhkan kita dari kesulitan dan mendekatkan kita kepda kemudahan. Istiqomahkan tahajud kita agar Allah memberikan keadilan, kasih sayang, dan keridhoan-Nya kepada kita. Berharap dan bergantunglah hanya kepada Allah. Harus ada kesungguhan dalam berikhtiar dan meminta pertolongan kepada Allah karena sesungguhnya Allah akan menolong kita, memberikan rahmat-Nya kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Jangan terlalu banyak curhat kepada orang lain yang boleh jadi mereka yang kita curhatin kurang kedekatannya dengan Allah.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴿٥﴾ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴿٦﴾
(5) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Al-Insyirah, QS. 94:5-6)
Apa yang kita lakukan semuanya untuk Allah, kita menikah, membina rumah tangga, semuanya adalah untuk beribadah demi meraih keridhoan Allah. Sadari bahwa kapanpun dan dimanapun Allah mencatat setiap amal kita. Maka ikhlaslah dalam beramal. Ketika kita ikhlas, niscaya kita akan merasa ringan dalam mengerjakan amal ibadah. Sadari bahwa sesungguhnya kita akan kembali kepda Allah, maka bekali diri dengan taqwa, sabar, syukur, ikhlas, dan taubat yang diterima oleh Allah. Yakini, pahala sabar adalah tiada batas. Sesungguhnya ikhlasnya istri dalam melayani suami yang keras dengan suami yang lemah lembut tentunya akan mendatangkan nilai yang berbeda. Semakin besar tantangn, semakin besar pula pahala yang disediakan Allah kepada kita. Rasakan keindahan dan kenikmatan ujian dari Allah apapun bentuknya dan jangan pernah berhenti untuk senantiasa meminta pertolongan Allah agar kita dikarunia jiwa pemaaf. Jangan kotori hati dengan membenci suami. Sucikan hati menuju qalbun salim agar kita bisa kembali kepada Allah dalam keadaan khusnul khatimah dan digolongkan Allah sebagai ahli surga. Amin..amin..amin.. ya rabbal alamin.
Siap untuk membina dan mempertahankan keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah? Insya Allah, senantiasa meminta tolong dan bergantung kepada Allah

0 komentar:

Posting Komentar